Wednesday, 6 June 2012

People of Indonesia Blind with the History


People of Indonesia Blind with the History
Published: January 9, 2012 - 1:11 pm | By Jean van de Kok

"People Indonesia are generally not interested in the history of his own country, they prefer to myth and fantasy of nationalism," according to the Dutch writer Adriaan van Dis.

"It's not nice to say it, but the intellectual content of Indonesian intellectuals are very less," said Van Dis is currently completing a documentary about Indonesia for Dutch television. He belonged to the intellectual elite of the Netherlands who has written and quoted in the Dutch media.

Dutch daily NRC Handelsblad Adriaan van Dis interviewed about Indonesia today.

Adriaan family came from Indonesia, Indo their backgrounds, a mixture of Indonesia and the Netherlands. According to historical causes of unconsciousness are: the New Order government inherited a bad education curriculum.

shortcuts
This opinion is supported by historian Indonesia, Hariyono, professor at State University of Malang. He said, "The time given in the limited curriculum, teacher of history and then take a shortcut. History is taught in bits and pieces. "

But according Hariyono this problem is rooted in the community long before the New Order Indonesia. Age of the national movement and the colonial era saw history not as an academic discourse, but as the myth of nationalism.

"They forget how the position of Indonesia in the world order. History of Indonesia can not be seen from the context of Indonesia alone, "said Hariyono. The New Order government puts the interests of history as a regime. If it does not support the interest it is considered wrong.

not bad
Bonnie Triyana, historians are critical of the historical consciousness states history lesson on the New Order era is mono commentary. That is, there is only one truth. No other versions. Thus the younger generation does not have a critical awareness.

But Bonnie rejected the idea of Adriaan van Dis, that the Indonesian people are generally indifferent to their history. "Now with the information via the Internet, mass media are free to grow, people can know a lot about the past," said Bonnie.

He himself was the chief editor of Historia Magazine Online that target young people as target group. They come with a variety of interpretations of history. "So the young people's historical consciousness of Indonesia is not as bad as that disclosed by Adriaan van Dis."

Plesiran history of the old days
Awareness of the history of Indonesian young people who are not experienced by Ade Purnama ugly, owner of the tourism bureau history Plesiran Doeloe Tempo. The participants were enthusiastic about the past. They bring their parents and relatives to visit historic sites. People Indonesia had always liked history.

"They live in a historic neighborhood, near the fortress of VOC, historic buildings, the tomb of a hero. They like to finding out the background of history. "
Historical tour packages are offered not only the colonial era, is also the time of kingdoms and ancient archipelago. However, the most preferred is the VOC era. Understandably this history is less known.

History taught in schools, especially the independence era. VOC era in the 17th century became too much.

The secret of success is packaging tourism bureau interesting, because in school people of Indonesia have a boring history lesson. Instead Plesiran Doeloe Tempo invites the participants to the historical places, while telling the story from different historical perspective: the Netherlands, local people, magazines, newspapers earlier times.

Participants were treated to show movies, slides and dishes typical of earlier times. "So the packaging is important, the contents are used as light weight in a relaxed," said Ade.

Insan responsible
Historians, State University of Malang, namely: Hariyono, adding how the placing of history for school children. "History should be a discourse that not only to be admired, but also to realize the existence of a process. Protégé should be made aware, that they not only have to marvel at the characters or events of the past, but also must be critical of the present and future. "

In looking at history as a process, Hariyono see humans be held accountable. This is why many people in Indonesia who avoid their responsibility for seeing history not as a process, but news of the great past and great. Thus the historian by Hariyono.

http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/orang-indonesia-buta-sejarah
_______________________________________________________________________________
My explanation:

How can it be to the "History Teacher" to reveal the truth of history that has occurred from the formation of the Indonesian state that illegal?

Surely the answer is a fear that which can be disastrous (tortured to death for resisting the government in power is not immoral) for which teachers know about the truth of the early history of Indonesia in violation of state law also violates the 1945 Constitution and international law. Explanations can be proven on the link below:


https://www.facebook.com/photo.php?fbid=2636914532748&set=a.2417934098374.2133513.1552033107&type=3&theater


So logically, if history is real say in the place of education, then there is no authority for the government to Islamic Java / Indonesia can apply in any of the nations in the former Dutch colonial.
_______________________________________________________________________________
Orang Indonesia Buta Sejarah
Diterbitkan : 9 Januari 2012 - 1:11pm | Oleh Jean van de Kok

“Orang Indonesia pada umumnya tidak meminati sejarah negara sendiri, mereka lebih suka mitos dan fantasi nasionalisme,” demikian dari sastrawan Belanda Adriaan van Dis.

“Memang tidak enak mengatakan itu, tapi kadar intelektual para cendekiawan Indonesia sangat kurang,” tutur Van Dis yang sedang merampungkan dokumenter tentang Indonesia untuk televisi Belanda. Ia termasuk elit intelektual Belanda yang banyak menulis dan dikutip dalam media Belanda.

Harian Belanda NRC Handelsblad mewawancarai Adriaan van Dis tentang Indonesia masa kini.

Keluarga Adriaan berasal dari Indonesia, mereka berlatar belakang Indo, campuran Indonesia-Belanda. Menurutnya penyebab ketidaksadaran historis adalah: pemerintah Orde Baru mewariskan kurikulum pendidikan yang jelek.

Jalan pintas
Pendapat ini didukung sejarawan Indonesia, Hariyono, guru besar pada Universitas Negeri Malang. Katanya, “Waktu yang diberikan dalam kurikulum terbatas, guru sejarah kemudian mengambil jalan pintas. Sejarah diajarkan sepotong-sepotong.”

Namun menurut Hariyono masalah ini sudah berakar dalam masyarakat Indonesia jauh sebelum Orde Baru. Jaman pergerakan nasional dan jaman kolonial melihat sejarah bukan sebagai wacana akademis, namun sebagai mitos nasionalisme.

“Mereka sampai lupa bagaimana posisi Indonesia dalam tatanan dunia. Sejarah Indonesia tidak bisa dilihat dari konteks Indonesia saja,” demikian Hariyono. Pemerintah Orde Baru menempatkan sejarah sebagai kepentingan rejim. Kalau tidak mendukung kepentingan maka dianggap salah.

Tidak jelek
Bonnie Triyana, sejarawan yang kritis terhadap kesadaran historis menyatakan pelajaran sejarah pada jaman Orde Baru sangat mono tafsir. Artinya, hanya ada satu kebenaran. Tidak ada versi lain. Dengan demikian generasi muda tidak memiliki kesadaran kritis.

Namun Bonnie menolak ide dari Adriaan van Dis, bahwa orang Indonesia pada umumnya acuh tak acuh terhadap sejarah mereka. “Sekarang dengan informasi lewat internet, media massa yang bebas berkembang, orang bisa tahu banyak tentang masa silam,” demikian Bonnie.

Ia sendiri pemimpin redaksi Majalah Historia Online yang membidik anak muda sebagai kelompok sasaran. Mereka datang dengan berbagai penafsiran sejarah. “Jadi kesadaran historis kawula muda Indonesia tidak sejelek yang diungkapkan oleh Adriaan van Dis.”

Plesiran sejarah tempo doeloe
Kesadaran sejarah anak muda Indonesia yang tidak jelek dialami oleh Ade Purnama, pemiliki biro pariwisata sejarah Plesiran Tempo Doeloe. Para peserta antusias dengan masa silam. Mereka membawa orang tua dan sanak keluarga mengunjungi situs-situs bersejarah. Orang Indonesia sejak dulu suka sejarah.

“Mereka tinggal di lingkungan bersejarah, dekat benteng VOC, bangunan-bangunan bersejarah, makam pahlawan. Mereka suka mencari tahu latar belakang sejarahnya.”

Paket wisata sejarah yang ditawarkan tidak jaman kolonial saja, juga jaman kerajaan–kerajaan Nusantara dan purbakala. Namun yang paling disukai adalah jaman VOC. Maklum ini sejarah yang kurang diketahui.

Di sekolah terutama diajarkan sejarah jaman kemerdekaan. Jaman VOC pada abad ke-17 menjadi terlalu jauh.

Rahasia sukses biro wisatanya adalah kemasan yang menarik, karena di sekolah orang Indonesia mendapat pelajaran sejarah yang membosankan. Sebaliknya Plesiran Tempo Doeloe mengajak para peserta ke tempat bersejarah, sambil menceritakan kisah historis dari berbagai sudut pandang: Belanda, orang lokal, majalah, koran-koran jaman dulu.

Peserta disuguhi pertunjukan film, slide dan sajian makanan khas jaman dulu. “Jadi kemasannya yang penting, isi yang berat dijadikan ringan dengan cara yang santai,” demikian Ade.

Insan bertanggung jawab
Sejarawan Universitas Negeri Malang, yaitu: Hariyono, menambahkan bagaimana menempatkan sejarah bagi murid sekolah. “Sejarah harus dijadikan wacana yang bukan saja untuk dikagumi, tapi juga untuk menyadarkan adanya sebuah proses. Anak didik sebaiknya disadarkan, bahwa mereka tidak hanya perlu kagum pada tokoh atau peristiwa masa lampau, tapi juga harus bisa kritis terhadap masa kini dan masa depannya.”

Dalam melihat sejarah sebagai proses, Hariyono melihat manusia diminta pertanggungjawaban. Inilah sebabnya banyak orang Indonesia yang menghindari tanggung jawab mereka karena melihat sejarah bukan sebagai proses, tapi berita masa lalu yang agung dan besar. Demikian dari sejarawan oleh Hariyono.
______________________________________________________________________________
Penjelasan saya:

Bagaimana bisa untuk para "Guru Sejarah" menyatakan kebenaran dari sejarah yang telah terjadi dari terbentuknya negara Indonesia yang ilegal?

Tentunya jawabannya adalah satu ketakutan yang mana dapat menjadi bencana (mati disiksa karena melawan pemerintahan dalam kekuasaan tidak bermoral) bagi para guru yang mana tau tentang sejarah kebenaran dari awal terbentuknya negara Indonesia yang melanggar peraturan hukum UUD 1945 dan juga melanggar hukum internasional. Dapat dibuktikan pada penjelasan link dibawah ini:


http://souisapaul81.blogspot.com.au/2012/05/un-should-be-implementing-policies.html


https://www.facebook.com/photo.php?fbid=2636914532748&set=a.2417934098374.2133513.1552033107&type=3&theater

Jadi logikanya apabila sejarah itu nyata dikatakan pada tempat pendidikan, maka tidak ada untuk kekuasaan bagi pemerintah Jawa Islam/Indonesia dapat berlaku di setiap bangsa-bangsa di bekas kolonial Belanda.

No comments:

Post a Comment